Produsen semen asal Perancis Lafarge akan mengembangkan bisnisnya di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Rencana tersebut direalisasikan dengan membangun pabrik di Lhok Nga, dengan kapasitas produksi sebanyak 1,6 juta ton.
“Lafarge akan mulai melakukan produksi perdana pada bulan Maret 2011. Peresmian pabriknya langsung dilakukan Presiden. Ini menunjukkan kepercayaan investasi asing yang pulih di Aceh pasca Tsunami 2004. Saya sampaikan ke Presiden, dulu sekitar 90% tenaga kerja Lafarge adalah penduduk lokal Aceh. Sekarang juga,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, pabrik dengan kapasitas 1,6 juta ton ini akan mengkonsumsi klinker sebanyak 1,2 juta ton. Pembangunan pabrik ini bakal menelan investasi sebesar US$ 300 juta.
Menperin berharap investasi ini akan memacu komitmen investor global untuk menanamkan investasi di Indonesia. Saat ini Lafarge menguasai sekitar 88% saham atas PT Semen Andalas Indonesia.
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Urip Timuryono menuturkan, realisasi pembangunan pabrik semen Lafarge akan menambah kapasitas terpasang industri semen nasional di tahun 2011 sebesar 6-10%. Dari tahun ini 40 juta ton menjadi menjadi 42 juta ton .
Sepanjang periode tahun 2012-2013, kapasitas terpasang industri semen nasional akan bertambah 6,8 juta ton menyusul dilakukan investasi 3 produsen semen yakni, PT Semen Gresik Indonesia, PT Semen Tonasa, dan PT Holcim Indonesia.
“Produsen semen cenderung aktif melakukan ekspansi menyusul pertumbuhan konsumsi. Sebab, industri semen tidak bisa memacu produksi sampai 100% utilisasi. Maksimal utilisasinya mencapai 90%. Kalau utilisasi mencapai 100%, ada lonjakan order, jadinya tidak bisa memenuhi. Sehingga, kalau utilisasi sudah mencapai 90%, mereka akan ekspansi bangun pabrik lagi,” jelas Urip.
Sementara itu, terkait rencana produsen semen asal Thailand Siam Cement Group masuk ke Indonesia, Hidayat mengungkapkan, belum ada kepastian. Menurutnya, manajemen Siam Cement Group masih sangat berhati-hati untuk melakukan investasi. “Mereka memperhitungkan peluang dan kompetitornya di Indonesia. Masih sensitif,” ujar Hidayat.
Menanggapi rencana investasi Thailand, Menperin menyatakan agar Siam Cement memperhitungkan serapan dalam negeri sebelum melakukan investasi. Pasalnya, untuk konsumsi lokal, industri dalam negeri sudah mampu memenuhi kebutuhan.
Dalam kesempatan itu, Urip juga mengungkap, walau saat ini banyak terjadi ekspansi pabrik semen karena pasar yang terus tumbuh, namun tidak akan memacu pertumbuhan ekspor semen. Pasalnya tekstur semen yang bulky (gempal) membuat resiko ekspor lebih tinggi.
Selain itu biaya transportasi juga akan menjadi lebih besar, sehingga akan mengerus margin produsen semen. “Jadi, biasanya ekspor itu kalau kelebihan produksi yang tidak terserap konsumsi domestik,” tandas Urip.
MEDAN PT Lafarge Cement Indonesia menginvestasikan US$300 juta untuk pengoperasian kembali pabrik semen di Nangroe Aceh Darussalam setelah pabrik itu hancur akibat tsunami pada Desember 2004. "Tahun ini produksi semen di pabrik Aceh itu ditargetkan mencapai 1,6 juta ton atau naik 20% dari produksi sebelum tsunami yang hanya 1,2 juta ton," kata Presiden Direktur Lafarge Cement Indonesia Marc Jarrault di sela-sela penyampaian rencana peringatan bulan keselamatan kerja, Senin.
Dia mengatakan produksi semen dimulai Juni setelah tsunami yang menelan korban sekitar 30% karyawan dan menghancurkan pabrik tersebut,
"Tahun ini produksi semen di pabrik Aceh itu ditargetkan mencapai 1,6 juta ton atau naik 20% dari produksi sebelum tsunami yang hanya 1,2 juta ton," kata Presiden Direktur Lafarge Cement Indonesia Marc Jarrault di sela-sela penyampaian rencana peringatan bulan keselamatan kerja, Senin.
Kamis, 09 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar